gerakan iqro'

Manusia Pembelajar Sejati; Demi Pena dan Apa-Apa yang Dituliskannya

 
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Rabu, 13 Mei 2009
“Lihatlah dirimu, lihatlah apa yang berada di sekitarmu. Niscaya engkau akan mengenal Allah.”

———-


“Lihatlah dirimu, lihatlah apa yang berada di sekitarmu. Niscaya engkau akan mengenal Allah.”

Gnothi Seathon! kenalilah dirimu!, itulah motto Socrates, seorang filsuf besar Yunani. Ia telah mengundang perhatian manusia untuk memperhatikan dirinya sendiri. Dengan kata lain, segala yang dipermasalahkan manusia dimulai dari manusia itu sendiri sebagai masalah. Dari masa ke masa, masalah yang dihadapi manusia tak jauh berbeda. Gus Dur menghadapi masalah yang sama dengan yang dihadapi Soeharto, Soekarno, Hitler, bahkan Aristoteles sekalipun.

Al Qur’an telah menuliskan motto tersebut ratusan tahun lalu, dan prinsip itu melandasi Al Imam Al Jalil Al Hafizh Muhammmad bin Abu Bakar Bin Sa’ad bin Jarir Az-Zar’i, yang lebih populer dengan sebutan Ibn Qoyyim Al Jauziyah, untuk menggali kebenaran Al Qur’an dan mengenal keagungan Rabb-nya. Beliau dilahirkan tanggal 7 Bulan Shafar tahun ke-691 dari hijrahnya Rasul atau bertepatan dengan 1292 Masehi.

Ibn Qoyyim adalah seorang yang haus ilmu. Ia selalu mengkaji berbagai disiplin ilmu. Hari-harinya dihabiskan untuk “melahap” isi puluhan kitab, sehingga sulit dihitung berapa jumlah kitab yang terkumpul di perpustakaan pribadi yang dimilikinya. Karena sifatnya yang kutu buku dan wawasannya yang sangat luas, beliau kerapkali mendapat julukan “Ensiklopedia Hidup”.

Guru beliau di antaranya Ibn Maktum, Ani Nashar , Ibn Taimiyah, dan Isa Al Muth’im. Dari sekian banyak guru tersebut, Ibn Taimiyahlah yang paling berpengaruh terhadap jalan pikirannya, sehingga beliau sangat gigih dalam memerangi penyimpangan aqidah Islam. Berkat usahanya, ajaran-ajaran Ibn Taimiyah tersebar luas di penjuru bumi. Tetapi, menyerap ajaran guru bukan berarti harus selalu mengekor dan hilang daya kritis. Beliau sering berbeda pendapat dengan gurunya, terutama bila beliau melihat pendapatnya memiliki dalil yang lebih jelas dan benar.

Aqidah beliau jernih, laksana kain putih yang tak tercampur kotoran sedikitpun. Hal tersebut disebabkan oleh prinsip berpikir dengan sistem fitrah, perasaan sehat, serta pandangan yang benar dan lurus (istiqamah). Sesungguhnya aqidah yang jernih inilah yang menjadikan penyelamat baginya dari bencana yang menimpa para pakar ilmu kalam. Tak sedikit para pakar yang cuci tangan terhadap apa yang telah mereka tulis akibat tidak menerapkan prinsip aqidah yang terhindar dari segala noda dan dosa.

Dia memperlihatkan diri sebagai figur yang memiliki acuan untuk kembali kepada madzhab salaf, bahkan Fazlurrahman menyebutnya sebagai perintis neo sufisme. Sebuah aliran tasawuf yang memiliki ciri utama berupa penekanan terhadap motif moral dan penerapan metode dzikir dan muraqabah atau konsentrasi kerohanian dalam upaya mendekati Tuhan. Gejala ini berupaya menghidupkan kembali doktrin salafi dan menanamkan kembali sikap positif terhadap dunia.

Di antara ciri-ciri aliran salafi yang dikembangkan oleh Ibn Qoyyim, adalah sebagai berikut,
1. Memberi ruang dan peluang ijtihad di dalam berbagai kajian keagamaan.
2. Tidak terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu.
3. Memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf.
4. Kembali kepada Al Qur’an dan As-Sunnah sebagai rujukan utama ajaran Islam.

Ibn Qoyyim selalu teguh berpedoman pada kitab suci Al Qur’an dan As-Sunah. Beliau memiliki target mengembalikan syari’at Islam kepada sumber yang jernih, yakni sebagai sumber agama yang lurus, bersih, tidak keruh oleh pendapat ahli bid’ah, dan tidak tercampur oleh pendapat orang-orang yang merusak agama.

Memang, mereka (tokoh salafi) tidak mewarisi umatnya dengan segunung emas ataupun segudang dirham. Namun, mereka meninggalkan hal yang lebih penting dari itu semua, ilmu. Beliau selalu menghindarkan taqlid buta, bahkan menyalahkannya. Prinsipnya adalah berijtihad dan melemparkan taqlid jauh-jauh dari pemikiran umat Islam. Beliau jugalah yang memelopori kemerdekaan berpikir pada saat masyarakat terbelenggu dalam pemikiran dogmatis.

Jalan yang ditempuh Ibn Qoyyim tidaklah mulus. Karena masalah sepele, melarang seseorang pergi berziarah dengan kendaraan, beliau bersama gurunya, Ibn Taimiyah ditangkap, disiksa, dipermalukan dengan dikelilingkan ke seluruh kampung (di atas onta) sembari dicambuki, dan kemudian dijebloskan ke dalam sel yang gelap. Beliau keluar dari penjara setelah gurunya meninggal dunia.

Cobaan tersebut tidak membuat goyah pendiriannya. Tak heran bila ia banyak mendapat pujian dari para ulama. Ibn Hajjar berkata, “Beliau (Ibn Qoyyim) adalah orang yang memiliki keberanian tinggi, ilmunya luas, dan menguasai madzhab ulama salaf.”

Imam Asy-Syaukani memberikan komentar, “Ibn Qoyyim adalah figur yang memiliki landasan dalil yang shahih, selalu menegakkan kebenaran, dan tidak mau bertoleransi dengan kebatilan, sikap inilah yang jarang dijumpai.”

Ibn Qoyyim Menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah shalat isya, pada malam kamis, 13 rajab tahun 751 Hijriah atau bertepatan dengan 1350 M dalam usia 60 tahun. Umat telah kehilangan salah seorang tokoh salaf terbaik, tetapi pemikiran dan semangat juangnya akan tetap eksis di mata kaum muslimin.

(Sumber : Majalah Percikan Iman No. 6 Tahun II Desember 2000)
posted by arief @ 06.53  
About Me

Name: arief
Home: Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
About Me: Terlahir dengan nama Arief Kurniawan, sekarang lagi mempopulerkan diri di dunia maya www.arief-sastra1.blogspot.com, facebook: che_kurnia@yahoo.co.id email: arief_sastra1@yahoo.com ^_^ dilahirkan dg normal digubuk reyot orang tuanya dg bantuan seorang dukun pd Ahad pahing, 16 Maret 23 tahun yg lalu. Sejak kecil hoby menulis, apa yang ada dlm pikiran kucoba rangkai dg kata2, kutulis dg pena atau kutuntun jemariku mengetik semua keluh kesah & pikiran yang ada. Hanya manusia biasa, tak sebaik malaikat & semoga tak sehina iblis. selalu berusaha utk selalu dekat dengan ALLAH SWT. Tiap shubuh hobby, mem-play winamp musik-musik kitaro atau murattal-nya Ustadz Sa’ad Al Ghomidy, saya menemukan sebuah kedamaian di sana. Banyak teman, tapi tak banyak sahabat. Mahasiswa Mahasibuk yang punya kerjaan sampingan jadi kuncen gunung Wilis dan penulis lepas di beberapa media serta aktif di organisasi dakwah. Bisa ditemui di gedung dakwah jl. Jawa 38 atau Gedung Central Group Ponorogo Jl. Batoro Katong 15 dan di Jl. Wilis 22, lebih tepatnya di depan komputer mencari ide dan menulis kata hati atau apapun yang bisa ditulis. Bisa dihubungi di nomor 0352 488676 atau 085645813815
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Powered by

BLOGGER

© 2005 gerakan iqro' Blogspot Template by Isnaini Dot Com