gerakan iqro'

Manusia Pembelajar Sejati; Demi Pena dan Apa-Apa yang Dituliskannya

 
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
KILAS BALIK IMAJINASI
Sabtu, 12 Januari 2008
WANITA DAN SENJA DIGEDUNG LANTAI DUA
Oleh : Arief Kurniawan [1]

Jam enam sore, ketika lampu dunia mulai redup. Ketika surya meninggalkan semesta, senja menebarkan kehangatan di ujung cakrawala yang kelam. Malam pun menyambut kehangatan senja bersama angin dan awan. “Senja kenapa kau tebarkan dirimu pada malam?”. Senja pun sembunyikan hatinya pada malam. Lalu, ingatkah kau pada seruling malam yang memberi lagu pada sepotong senja? Di sanalah senja menyerkap semesta. Tetapi ketika lagu telah usai dan dongeng kehabisan kata, senja kembali memandang wajahnya pada cermin. Angin dan awan pun setia menemani senja di sampingnya. Itulah nyanyian wanita berjilbab hitam pada senja tempat penantiannya bertumpu.

Untuk kesekian kalinya mataku diperlihatkan pemandangan yang hampir setiap senja kulihat. Begitu lekat suara langkah kaki itu. Suara gerak langkah dari seorang gadis dengan jilbab hitamnya yang khas menutupi kepalanya dan mengurai panjang sampai kebawah dada. Bibirnya merah, terlihat mungil dan memiliki lekuk tengah yang sempurna dikedua pipinya. Hidungnya tak terlalu mancung, namun itu tidak mengurangi kecantikan wajah wanita itu. Wanita yang terlihat misterius dan penuh tanda tanya. Di tentengnya tas hitam yang terlihat kebesaran dibanding tubuhnya yang terlihat kecil meninggi itu. Sesekali dia membenarkan tas hitam besar yang bergesar dari pundaknya menuju gedung lantai dua yang menjadi tujuannya setiap senja menjelang. Dia pernah mengatakan bahwa gedung itu adalah singgasana kedua setelah rumahnya sendiri. Dia selalu kangen dengan air liur yang tertetes dikasur ketika dia terlelap ruangan itu. Pokoknya semua yang ada digedung itu membuatnya rindu akan kehidupan dan semua yang ada digedung itu.
Sudah dapat dipastikan senja di gedung pada malam itu seperti tidak terlalu terkejut ketika melihat wanita dengan berjilbab hitam itu menghampirinya. Mungkin dia sudah terlalu hapal dengan langkah kaki dan segar harum semerbak yang keluar dari tubuh wanita itu. Ia tahu bahwa setiap senja dia membutuhkan dirinya, walau dalam hatinya tidak bisa berbohong, gedung itu juga sangat membutuhkan wanita berjilbab hitam dengan segala aktifitasnya. Pernah suatu hari ketika hujan ingin menyingkirkannya dari malam digedung itu ia datang menuju gedung dengan nekat. Ia tidak memperdulikan kesehatannya walau cuaca pada saat itu tak berpihak padanya. Entah alasan apa dia selalu datang ke gedung itu setiap malam ?
Lampu mercuri yang tergantung dihalaman depan gedung itu terlihat mengikuti langkah kakinya, kemudian cahaya itupun tak berbekas ketika kaki kanannya menginjakkan anak tangga ke tujuh menuju ruang lantai dua sebelah timur pojok timur-utara.. Tak ada yang istimewa dari arsitektur ruangan itu. Ada banyak arsip usang dan kertas-kertas bekas sisa proposal kegiatan atau berbagai surat keluar-masuk yang tertata dirak sebelah timur bilik itu. Sebuah poster awal dan akhir manuasia tertempel diselatan dengan empat paku kecil menjaganya agar tidak goyah atau lepas dari tembok. Kasur warna merah berbalut putih dengan belangnya tergeletak dipojok timur-selatan, ada bekas liur manusia yang membentuk pulau-pulau. Jelas sekali terlihat. Seperangkat komputer pentium terbaru serta kertas folia satu rim dan kertas cover warna kuning yang berceceran disebelah CPU. Mungkin itulah satu-satunya barang berharga yang ada di ruang mungil berukuran 6 x 6 meter itu. wanita berjilbab itu Terlihat mengotak-atik komputer, entah apa yang dia kerjakan saat itu yang pasti mimik mukanya memperlihatkan kesibukan yang begitu tinggi. Ada banyak berkas-berkas yang dia keluarkan untuk bahan aktifitasnya. Sekali-kali matanya memelototi berkas disampingnya kemudian menuangkan apa yang ada diberkas folio itu ke dalam komputer melalui keyboard yang tepat berada didepannya. Terlihat keseriusan dia melakukan kegiatan.
Angin malam terasa dingin bercampur sunyi. Hanya ada dua orang yang ada digedung malam ini. Suasana menjadi lebih sunyi ketika tabuh jam terdengar sudah terdengar 11 kali. Wanita itu masih terlihat menatap tajam monitor yang ada didepannya. Terdengar nyanyian sendu yang keluar dari winamp komputer, Sakha dengan ibunya telah berlalu kemudian disambut Dona-Dona milik Joan Baes. Ada kesan tersendiri ketika mendengar lagu Dona-Dona, dia pernah menjelaskan tentang inti dari lagu tersebut, “dalam hidup, kita tidak boleh menerima nasib buruk dan menganggapnya sebagai jalan hidup yang telah ditentukan bagi kita kemudian pasrah menerimanya sebagai kutukan, kalau kita ingin hidup bebas, kita harus belajar terbang tentunya ?” dengan suaranya yang sinis kemudian tanyanya. Aku masih ingat kata-kata itu walau aku sedikit tersinggung pada sikap bicaranya. Aku pikir begitu sombong dan idealisnya wanita itu, tapi menurut hati kecilku “ada benarnya juga perkataan itu”. Ketika aku berjalan melalui bilik tempat wanita itu berada, dia cuek dan tak memberi respon apapun. Aku tidak terlalu terkejut ketika dia begitu. Memang dari dulu wanita itu selalu serius dan cuek terhadap siapapun dan apapun. Dan itulah yang menjadikan hal yang sangat membosankan ketika aku berbicara dengannya. Tapi dengar-dengar menurut temen kuliahnya dia terlihat vokal sangat kritis ketika diskusi bahkan begitu kritisnya dia didijauhi temen-temennya. Banyak yang tidak suka dengan wanita yang satu ini. Entah karena dia selalu beda pendapat dengan mereka atau pendapatnya selalu memojokkan lawan bicaranya. Yang jelas hanya sedikit teman bicaranya diwilayah para calon intelektual bangsa ini menimba ilmu.

Banyak teka-teki yang belum terjawab mengenai wanita malam ini dengan segala keegoisannya. Sama bisu dan tertutupnya pada malam itu. Malam yang terasa kelam dengan kesunyian yang terdalam. Ketika waktu menunjukkan pukul satu dini hari, dia terlihat masih memelototi monitor komputer pentium empat itu dengan iringan suara gemeretak bunyi keyboard yang dipukul-pukul kecil dengan jemarinya. Suasanya terlalu sunyi dan hening sampai-sampai aku tak begitu sadar sudah berada didunia lain. Entah dunia apa itu. Yang jelas ada balutan sarung dan kasur belepotan yang mengiringiku menuju dunia yang satu ini. Hampir setiap malam aku mengarungi dunia ini. Kadang suatu keanehan yang terjadi didalamnya. Aku tak begitu tahu pada dunia itu. Tapi sering juga ketika aku menjelajah dunia itu ada lendir yang keluar dan membentuk pulau-pulau dicelanaku. Dulu aku tahu itu adalah mimpi basah ketika kelas satu SMP. Dan sekarang ketika aku sudah duduk dibangku kuliyah hal itu terjadi dua sampai tiga kali setiap minggu. Dan itu membuatku bosan karena aku harus mencuci celana yang menumpuk dibak tempat pakaian kotor.

Dari corong disebelah utara kubah masjid yang berada tak jauh dari gedung itu meneriakkan suara panggilan menuju surga, aku terbangun dengan resah. Pasalnya lendir yang berpulau-pulau itu menempel dicelana dalam dan menembus celana terluarku. Kadang aku juga merasakan kenikmatan ketika kajadian itu terjadi. Pernah pikiran kotorku melayang dan menginginkan mimpi itu terulang setiap malam. Segera kuhapus pikiran itu lalu ku sambar sampo sachet dan botol sabun madi cair yang terletak diatas laci diruang sebelah wanita misterius itu berada. Sempat ku tengok ruang sebelah, wanita misterius itu telang menghilang. Pikiranku bertanya-tanya hilang ditelan apa wanita malam itu dan kapan dia meninggalkan ruangan itu. “Ah, apa juga urusanku” bisikku dalam hati. Aku masih punya tanggungan mengguyur tubuhku agar hadast besar yang baru saja merayap ditubuhku hilang. Guyuran pertama terasa dingin sekali ditubuh ini. Tapi semua itu segera ku akhiri ketika shampo satu sachet itu habis untuk membersihkan rambutku yang lumayan panjang. Ku usapkan handuk untuk mengelap pecikan air yang masih menempel ditubuhku.kemudian ku lilitkan dipinggangku.

Air wudlu kuambil kemudian ku berlari ketika suara iqomah tanda dimulainya sholat diperdengarkan menuju masjid. Aku ikut tunduk dalam khusuk.

Hingga rukuk terakhir ku lakukan, pikiranku kembali menggelanyut pada sosok egois yang duduk memaku diruang sebelahku tidur. Aku penasaran dengan apa yang dikerjakan malam itu. Dulu memang ada sedikit kekaguman pada wanita muda itu, dia begitu cekatan dan kritis terhadap apapun, tapi semuanya luntur seiring keegoisan yang mengiringi sikapnya dalam bersosialisasi.

Kuberanikan diri masuk keruangan yang tadi malam menjadi saksi bisu atas aktifitas wanita berjilbab kemudian ku tekan tombol power yang sedikit menonjol ditengah CPU. Setelah semua siap kucari-cari tulisan yang membekas tadi malam hasil ketikan wanita misterius itu. Kubuka start kemudian ku cari resent dokumen. Ya ketemu. Sesaat ku tercengang. Hening beberapa saat. Sungguh tak disangka. Begitu hebat dan luar biasa. Ternyata hari ini dia pergi ke Jakarta. Dalam tulisannya tedapat footnote yang menjelaskan bahwa tulisanya akan disampaikan pada temu aktifis perempuan nasional. Selama satu minggu dia akan memperjuangkan hak kaum hawa diibu kota. Aku kagum dia adalah satu-satunya delegasi dari kota ini. Semua prasangka burukku tentang dia terkikis habis ketika tulisan itu memperjuang tentang hak perempuan. Tapi sampai saat ini aku tak habis pikir tentang mengapa dia bersikap aneh diluar nalar.
Aku teringat dulu ada kata-katanya yang keluar dari mulutnya yang sinis mengatakan “untuk jadi seorang yang cakap dalam sosial kita harus punya daya menyimak yang tinggi baik dari buku atau dari perkataan seseorang” dan yang tak kalah pentingnya “nuun wal qolami wamaa yasturuun” tambahnya. Demi pena dan apa-apa yang dituliskan ! Ingat itu ! perjuangan tidak hanya lewat panah dan pedang, berjuang dengan qolam akan terasa hasilnya melalui goresan diatas media. Ku kembali fokus ke komputer didepanku. Aku seakan dibuat bingung dengan subyek dari empunya tulisan. Sama membingungkannya ketika kita mempertanyakan malam, malam yang tercipta hanya untuk orang-orang yang memutar otak yang natinya akan membumbung tinggi bersama awan dengan pencarian wanita malam yang berjilbab hitam.

[1] Penulis adalah Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan PD IRM Ponorogo dan Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia Reguler 2007 kelas A
posted by arief @ 20.51  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
About Me

Name: arief
Home: Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
About Me: Terlahir dengan nama Arief Kurniawan, sekarang lagi mempopulerkan diri di dunia maya www.arief-sastra1.blogspot.com, facebook: che_kurnia@yahoo.co.id email: arief_sastra1@yahoo.com ^_^ dilahirkan dg normal digubuk reyot orang tuanya dg bantuan seorang dukun pd Ahad pahing, 16 Maret 23 tahun yg lalu. Sejak kecil hoby menulis, apa yang ada dlm pikiran kucoba rangkai dg kata2, kutulis dg pena atau kutuntun jemariku mengetik semua keluh kesah & pikiran yang ada. Hanya manusia biasa, tak sebaik malaikat & semoga tak sehina iblis. selalu berusaha utk selalu dekat dengan ALLAH SWT. Tiap shubuh hobby, mem-play winamp musik-musik kitaro atau murattal-nya Ustadz Sa’ad Al Ghomidy, saya menemukan sebuah kedamaian di sana. Banyak teman, tapi tak banyak sahabat. Mahasiswa Mahasibuk yang punya kerjaan sampingan jadi kuncen gunung Wilis dan penulis lepas di beberapa media serta aktif di organisasi dakwah. Bisa ditemui di gedung dakwah jl. Jawa 38 atau Gedung Central Group Ponorogo Jl. Batoro Katong 15 dan di Jl. Wilis 22, lebih tepatnya di depan komputer mencari ide dan menulis kata hati atau apapun yang bisa ditulis. Bisa dihubungi di nomor 0352 488676 atau 085645813815
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Powered by

BLOGGER

© 2005 gerakan iqro' Blogspot Template by Isnaini Dot Com