gerakan iqro'

Manusia Pembelajar Sejati; Demi Pena dan Apa-Apa yang Dituliskannya

 
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Perjuangan Anak Sekolahan Mencari Eksistensi
Selasa, 25 Desember 2007
Catatan Akhir Sekolah - Perjuangan Anak Sekolahan Mencari Eksistensi[1]Oleh : Team PIP PD IRM Ponorogo[2]

Sutradara
Hanung Bramantyo
Produser
Erwin Arnada
Penulis
Salman Aristo
Pemeran
Vino Bastian, Ramon Y Tungka, Marcel Chandrawinata, Joanna Alexandra, Christian Sugiono
Tanggal rilis
31 Maret 2005
Produksi
Rexinema

Pasar film Indonesia memang baru tumbuh lagi setelah melewati masa kritis-nya. Dan hampir semua orang bisa jadi sepakat dengan hal tersebut. Dan apa boleh buat, ketika pasar baru mulai lagi dijajaki, maka yang ada adalah pengulangan tema yang sudah sukses sebelumnya. Berhitung dengan angka – angka kongkrit yang telah diraih oleh film genre remaja yang sebelumnya tercatat cukup banyak jumlahnya mencapai sukses, tentu membuat sejumlah produser pun latah untuk terus menggarap genre ini.

Sebenarnya tak ada yang salah dengan hal itu, karena produser pun toh tak ingin menggelontorkan duitnya untuk sebuah kesia – siaan (baca : hanya dianggap “sepi” oleh penonton). Tapi jika tak mampu mendobrak pakem yang telah baku dalam film remaja Indonesia adalah sebuah kebodohan. Dan mestinya memang harus ada yang memulai menyajikan kisah remaja dengan sudut pandang yang berbeda.

3 orang sahabat yang dikenal sebagai A3, Agni (VJ Ramon), Alde (Marcel) dan Arian (Vino Bastian) yang dicap geng cupu dan dianggap loser di sekolah mereka, bertekad membalas dendam kepada sekolah mereka lewat sebuah film dokumenter tentang catatan akhir sekolah

Dan Catatan Akhir Sekolah adalah film remaja dengan tipikal yang beda dari kebanyakan. Film terbaru produksi Rexinema ini tak menjual cinta – cintaan sebagai menu utama, melainkan kisah persahabatan. Lantas apa bedanya dengan Mengejar Matahari ? Ya, Catatan Akhir Sekolah (CAS) memilih fokus untuk memotret keseharian remaja di sekolah dengan segala problematika-nya yang unik dan menarik. Salman Aristo, si empunya cerita, cukup sukses mengisahkan detil – detil kenakalan anak muda yang juga mungkin pernah kita alami beberapa tahun silam ketika masih duduk di SMA.

Salah satu problem terbesar remaja, selain keingintahuan yang besar akan seks, adalah persoalan eksistensi. Lihatlah remaja sekarang yang seakan berebut ingin menjadi pusat perhatian. Ketika ajang reality show berlabel kontes nyanyi digelar, maka bisa ditebak jika sebagian besar peminatnya adalah remaja yang haus untuk tampil di garis depan. Begitu juga dengan trio A3, Agni (Ramon Y Tungka), Alde (Marcel Chandrawinata) dan Arian (Vino G. Bastian). Mereka seperti tak rela dicap geng cupu (culun punya – red) di sekolahnya hanya karena mereka kalah popular dan dianggap “debu” di sekolah mereka. Padahal, ketiganya punya bakat. Agni yang ngototan merasa dirinya natural born director, Alde yang cool adalah basis amatiran sedang Arian adalah penulis slengekan. “Kesalahan” mereka hingga tak kunjung diakui keberadaannya di sekolah hanya karena mereka “ngomong doang” tanpa bukti. Ini nilai moral paling menarik dari CAS yang rasa – rasanya bisa menggugah semangat anak muda dan membuka mata mereka.

Dan seperti karakter ketiga pemeran utama yang banyak ngomong, membuat film ini juga dipenuhi dengan dialog. Terlalu banyak dialog, malahan karena dialog antara ketiganya tumpang tindih, bersahut – sahutan sehingga membuat penonton yang sedikit “slow learner” bisa ketinggalan kereta. Sebenarnya hal ini bukan masalah, karena dalam kehidupan sehari - hari memang seperti itulah kejadiannya. Jarang ada seseorang yang ngomong hanya setelah temannya selesai ngomong. Hanya mungkin karena ini film, sebuah dunia yang direkayasa, maka sebagian penonton mungkin berharap ritme tak terlampau cepat agar masih bisa terkejar.

Dari CAS memang mulai terkuak sedikit demi sedikit “noda kelam” masa SMU. Meski tak se-kontroversial Virgin, CAS lumayan menohok dengan menampilkan “kesintingan” anak sekolah jaman sekarang seperti nyimeng hingga masturbasi pada saat pelajaran berlangsung ! Iya, Anda tak salah baca, yang membuat lebih kacau karena digambarkan remaja yang masturbasi itu nekat melakukan perbuatannya dengan melihat paha siswi teman kelasnya tersibak. Wah !

Yang juga patut diacungi jempol adalah keberanian menampilkan tokoh guru yang korup. Ini rahasia umum yang terjadi dari jaman baheula, tapi kenapa ya baru sekarang terang – terangan ditampilkan ?

Hanung Bramantyo sebagai sutradara menunjukkan peningkatan kematangan dalam berkarya setelah debut layar lebarnya, Brownies. Hanung seperti menikmati betul menjadi bagian dari kisah penggambaran anak muda masa kini dengan segala realitanya, karena Hanung bisa menggarap film ini dengan “kasar” dan dinamis, pas dengan semangat ketiga tokoh utamanya yang menggelegak. Ketangguhan Hanung sebagai sutradara teruji dengan menampilkan opening film yang direkam selama 8 menit tanpa putus. Hasilnya ? Dari kacamata penonton kebanyakan mungkin terasa biasa – biasa saja, namun itu adalah pencapaian yang patut direkognisi karena tak mudah membuat sebuah adegan dengan durasi sepanjang itu tanpa blocking yang kuat.

Kalau ada orang yang bisa menyimpulkan keseluruhan dari film ini, saya rasa tidak ada yang lebih baik dari si empunya cerita yang diekspresikan lewat perkataan beliau di atas. Film ini bercerita tentang tiga orang 'cupu', penghuni kasta terendah di SMU mereka, yang nyaris selalu dikucilkan dari sekitarnya (pembenaran mereka adalah bahwa otak mereka lebih superior sehingga komunitas tempat mereka berada tidak bisa comprehend terhadap mereka). Ketiga cowok 'cupu' ini menjalin persahabatan pas di-ospek dan langsung mendapat predikat tersebut ketika ketiga cowok ini yang kebetulan absen-nya urut (Agni, Alde, Arian) diisengin sama senior, dan melawan. Agni (Ramon), pendiri ekskul film yang di-ban tidak boleh meminjam kamera sekolah karena tidak mampu untuk membuat sebuah film yang 'bener'. Arian (Vino Bastian), karakternya anak muda banget ). Penulis gagal yang di-ban juga dari mading tapi masih suka nyolong-nyolong masukin tulisannya di mading karena dia kebetulan jadi pemegang kunci dari mading tsb (kok bisa? ga tahu). Arian ini juga yang paling kotor bicaranya, jadi siap-siap aja sering sekali mendengar 'tai' atau 'anjing' diucapkan sama dia. Alde (Marcel), sebenernya bisa dengan mudah menjadi populer sebab dia sepertinya sudah jadi idola cewek-cewek di sekolah tersebut yang somehow malah membuat dia risih. Dia tidak memilih untuk menjadi populer karena dia merasa paling nyaman berada di antara kedua sahabatnya dan tidak di luarnya. Karakter Alde ini yang paling 'bener', paling 'talk the talk, walk the walk' yang lantas menjadi penyeimbang dari keinginan dan proscastinatisme dari dua orang temennya.

Tapi meski CAS berani mengumbar beberapa elemen negatif yang dialami remaja, toh CAS juga masih dikemas cukup manis (baca : menghibur) karena toh pada akhirnya tak ada yang terluka. Khas remaja, khas film mainstream yang happy ending. Kalau begini jadinya, apa lagi alasan untuk tak menonton CAS ?

[1] Di sampaikan pada acara Refleksi akhir tahun & Diskusi Film tanggal 31 Desember 2007 di Gedung PDM Ponorogo
[2] Anggota Arief Kurniawan, Muhammad Basuki, Diyah Erlina, Rila Setiyaningsih
posted by arief @ 22.45  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
About Me

Name: arief
Home: Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
About Me: Terlahir dengan nama Arief Kurniawan, sekarang lagi mempopulerkan diri di dunia maya www.arief-sastra1.blogspot.com, facebook: che_kurnia@yahoo.co.id email: arief_sastra1@yahoo.com ^_^ dilahirkan dg normal digubuk reyot orang tuanya dg bantuan seorang dukun pd Ahad pahing, 16 Maret 23 tahun yg lalu. Sejak kecil hoby menulis, apa yang ada dlm pikiran kucoba rangkai dg kata2, kutulis dg pena atau kutuntun jemariku mengetik semua keluh kesah & pikiran yang ada. Hanya manusia biasa, tak sebaik malaikat & semoga tak sehina iblis. selalu berusaha utk selalu dekat dengan ALLAH SWT. Tiap shubuh hobby, mem-play winamp musik-musik kitaro atau murattal-nya Ustadz Sa’ad Al Ghomidy, saya menemukan sebuah kedamaian di sana. Banyak teman, tapi tak banyak sahabat. Mahasiswa Mahasibuk yang punya kerjaan sampingan jadi kuncen gunung Wilis dan penulis lepas di beberapa media serta aktif di organisasi dakwah. Bisa ditemui di gedung dakwah jl. Jawa 38 atau Gedung Central Group Ponorogo Jl. Batoro Katong 15 dan di Jl. Wilis 22, lebih tepatnya di depan komputer mencari ide dan menulis kata hati atau apapun yang bisa ditulis. Bisa dihubungi di nomor 0352 488676 atau 085645813815
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Powered by

BLOGGER

© 2005 gerakan iqro' Blogspot Template by Isnaini Dot Com